Welcome To My Website

Senyum terakhir, 26-Februari-2006

oleh Dwithia Handriani pada 26 Februari 2011 jam 12:14


                                      Meuthia Handriani Sang Bidadari Surga
                                           ( 9 Juli 1989 - 28 Februari 2006 )


26-Februari-2006, Minggu malam, di kamar belakang..
Entah kenapa, tiba-tiba dia berikan kunci diarynya, diary yang selalu disimpannya,
cerita-cerita tentang kekecewaannya padaku,
tentang teman-temannya, tentang perasaan dan semua yang dia alami.
"Nih, kunci diary-nya, simpen aja. Udah ngga butuh lagi".
Dan dia tersenyum padaku, senyum yang masih sangat jelas membekas di benakku.


Aku tak mengerti, kenapa tiba-tiba dia menyerahkannya begitu saja,
padahal sebelumnya dia tak pernah mau siapapun tau apa yang ditulisnya,
termasuk aku!!


Tapi sudahlah..aku berpikir mungkin dia sudah bosan, ingin membeli diary baru,
karena dia ingin melupakan semua yang ada dalam diary yang lama. Atau mungkin saja
dia ingin berbagi padaku, tapi malu mengungkapkannya, jadi dia izinkan aku membaca diarynya,
agar aku tau apa saja yang dialaminya..
Entahlah, seingatku, aku tak berfirasat apa-apa saat itu.
Satu hal lagi yang ku ingat, Malam itu, dia terlihat begitu bahagia,
hmm.. mungkin karena sepatu baru yang dibelinya siang tadi, pikirku.


Seperti biasa, kita tidur di kamar yang sama.
tak ada yang berbeda, tak ada yang aneh..
Hingga esok pagipun, masih seperti biasa.
Senin pagi, waktunya bangun pagi, siap-siap berangkat ke sekolah.
Tapi pagi itu, dia tak bisa masuk sekolah karena asmanya kambuh lagi.
Aku berangkat sendiri, meninggalkan dia, meringkuk di atas tempat tidur,
melawan rasa sakit..
--

Selasa, 28-Februari-2006.
Di jalan pulang, aku bertemu mama dan sepupuku, katanya mau ke Rumah Sakit.
Mereka tak mengajakku pergi, mungkin karena buru-buru.
--
Aku baru saja sampai di rumah dan saat pintu terbuka, aku dapat telepon dari sepupu
yang tadi ikut mengantar kakakku ke Rumah Sakit,
Suaranya biasa, dia menyuruhku ke Rumah Sakit secepatnya.
DAN MASIH TANPA FIRASAT APA-APA, aku berangkat ke Rumah Sakit masih dengan seragam sekolah lengkap.
Sampai di depan pintu UGD, aku jongkok untuk mengencangkan tali sepatuku yang lepas, dan saat itu juga,
aku mendengar sepupuku sedang menghubungi keluargaku yang lain. Aku tak percaya dengan apa yang ku dengar,
"Ke Rumah Sakit sekarang juga, si Thia udah ngga ada!!"
Aku segera berlari ke dalam UGD, aku tak melihat kakakku, yang aku lihat hanya sesosok tubuh terbaring,
ditutupi kain panjang, disampingnya ada Ibu yang tak kuasa menahan tangis. Segera ku dekati, mereka membukakan
penutup wajahnya, dan benar, tubuh yang ditutupi kain panjang itu kakakku, Ni Thia!!
"Ya Allah...", hanya itu,dan air mata yang keluar..
Aku lihat mama, menangis di sudut ruangan, Mama mungkin tak sanggup melihatnya..


--
28-Februari-2006, kita semua berduka, kita kehilangannya, sosok manis dan lembut..
tapi ada kekuatan yang besar di balik kelembutannya,
ada begitu banyak kesabaran dalam dirinya.
Aku tak menyangka, senyumnya, senyum di malam tanggal 26-Februari itu adalah senyum terakhirnya yang ku lihat.
aku sama sekali tak menyadari bahwa aku takkan pernah lagi melihat senyum itu.
Dan kini aku tau kenapa dia memberikan kunci diary-nya padaku,
bukan karena diary itu sudah penuh, bukan karena dia ingin beli diary baru,
bukan karena cerita dalam diary itu sudah tak penting lagi baginya,
tapi karena memang tak ada lagi yang akan ditulisnya,
takkan ada lagi cerita tentangnya, teman-temannya, perasaannya..
--
Dia telah pergi, selamanya..
dia takkan kembali..
aku bahkan belum sempat mengucapkan kata maaf padanya,
aku yang selama ini sering membuatnya sedih,
aku yang selama ini selalu iri padanya yang menurutku dapat perhatian lebih dari mama,
aku yang selama ini tak mau peduli dengan apa yang dirasakannya..
Sekarang aku tau, semua sudah terlambat.
---


Ni... tak ada lagi yang memanggilku 'Adik', tak ada yang bisa menghadapi aku
seperti Uni yang selalu sabar.. Dan tak ada satupun yang bisa menggantikan Uni..


"Uni.... Maafin Adik, walaupun mungkin kata maaf adik tak ada artinya lagi.
5 tahun sejak kepergian Uni, adik masih merasa kata maaf sesering apapun tak bisa
menghapus kesalahan adik.  Sekarang yang tersisa hanya kata maaf dan penyesalan.


Ni..apa kita masih bisa bertemu?? Berkumpul lagi, Mama, Uni, Adik, Uzhie dan kita bahagia..
Apa masih ada kesempatan bertemu??
Atau memang mungkin 5 tahun lalu adalah terakhir kalinya kita bertemu dan takkan pernah
lagi bertemu untuk selamanya??


Ni...sampaikan pada Mama, Adik minta maaf untuk semuanya.
Adik belum bisa membuat mama bangga, adik belum bisa jadi kakak yang baik buat Uzhie.


Adik merindukan Mama dan Uni dan selalu berharap kita bisa berkumpul lagi.."






Voting Anda
Rating:9.5
Reviewer: Unknown
Description: Senyum terakhir, 26-Februari-2006
ItemReviewed: Senyum terakhir, 26-Februari-2006

0 komentar:

komen

AchiyaK ZanJabiL



Mode Hemat Energi,Gerakkan mouse anda untuk kembali ke halaman!